1. TEORI MOTIVASI
Motivasi merupakan bagian dari faktor pendorong yang ada dalam diri manusia,
yang akan mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian, motivasi terhadap
pekerjaan akan berpengaruh terhadap performa kerja.
Menurut Hilgard dan Atkinson, tidak mudah untuk menjelaskan motifasi, karena:
1. Pernyataan motif antar orang adalah tidak sama, budaya yang berbeda akan
menghasilkan ekspresi motif yang berbeda pula.
2. Motif yang tidak sama dapat diwujudkan dalam berbagai prilaku yang tidak
sama.
3. Motif yang tidak sama dapat diekspresikan melalui prilaku yang sama.
4. Motif dapat muncul dalam bentuk-bentuk prilaku yang sulit dijelaskan
5. Suatu ekspresi prilaku dapat muncul sebagai perwujudan dari berbagai motif.
Berikut ini dikemukakan Huraian mengenai motif yang ada pada manusia sebagai
faktor pendorong dari prilaku manusia:
• Motif Kekuasaan
Merupakan cara manusia dan kebutuhan manusia untuk memanipulasi manusia lain
melalui keunggulan-keunggulan yang dimilikinya. Clelland menyimpulkan bahwa
motif kekuasaan dapat berfifat negatif atau positif. Motif kekuasaan yang
bersifat negatif berkaitan dengan kekuasaan seseorang. Sedangkan motif
kekuasaan yang bersifat positif berkaitan dengan kekuasaan social (power yang
dipergunakan untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan kelompok).
• Motif Berprestasi
Merupakan keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan suatu tugas secara
sempurna, atau sukses didalam situasi persaingan (Chelland). Menurut dia,
setiap orang mempunyai kadar Ach (needs for achievement) yang berlainan.
Karakteristik seseorang yang mempunyai kadar Ach yang tinggi (high achiever)
adalah :
1. Risiko moderat (Moderate Risks) adalah memilih suatu resiko secara moderat
2. Umpan balik segera (Immediate Feedback) adalah cenderung memilih tugas yang
segera dapat memberikan umpan balik mengenai kemajuan yang telah dicapai dalam
mewujudkan tujuan, cenderung memilih tugas-tugas yang mempunyai criteria
performansi yang spesifik.
3. Kesempurnaan (accomplishment) adalah senang dalam pekerjaan yang dapat
memberikan kepuasaan pada dirinya.
4. Pemilihan tugas adalah menyelesaikan pekerjaan yang telah di pilih secara
tuntas dengan usaha maiksimum sesuai dengan kemampuannya
• Motif Untuk Bergabung
Menurut Schachter, motif untuk bergabung dapat diartikan sebagai kebutuhan
untuk berada bersama orang lain. Kesimpulan ini diperoleh oleh Schachter dari
studinya yang mempelajari hubungan antara rasa takut dengan kebutuhan
berafiliansi.
• Motif Keamanan (Security Motive)
Merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari hambatan atau gangguan yang akan
mengancam keberadaannya. Di dalam sebuah perusahaan misalnya, salah satu cara
untuk menjaga agar para karyawan merasa aman di hari tuanya kelak, adalah
dengan memberikan jaminan hari tua, pesangon, asuransi, dan sebagainya.
• Motif Status (Status Motive)
Merupakan kebutuhan manusia untuk mencapai atau menduduki tingkatan tertentu di
dalam sebuah kelompok, organisasi atau masyarakat. Parsons, seorang ahli
sosiologi menyimpulkan adanya beberapa sumber status seseorang yaitu :
1. Keanggotaan di dalam sebuah keluarga. Misalnya, seorang anggota keluarga
yang memperoleh status yang tinggi oleh karena keluarga tersebut mempunyai
status yang tinggi di lingkungannya.
2. kualitas perseorangan yang termasuk dalam kualitas perseorangan antara lain
karakteristik fisik, usia, jenis kelamin, kepribadian.
3. Prestasi yang dicapai oleh seseorang dapat mempengaruhi statusnya. Misalnya,
pekerja yang berpendidikan, berpengalaman, mempunyai gelar, dsb.
4. Aspek materi dapat mempengaruhi status seseorang di dalam lingkungannya.
Misalnya, jumlah kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.
5. Kekuasaan dan kekuatan (Autoriry and Power). Dalam suatu organisasi,
individu yang memiliki kekuasaan atau kewenangan yang formal akan memperoleh status
yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu-individu yang ada di bawahnya.
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
1. Pengertian Motivasi Kerja
Menurut arti katanya, motivasi atau motivation berarti motif, penimbulan motif
atau hal yang menimbulkan dorongan. Dalam kamus administrasi, Drs. The Liang
Gie CS, memberikan perumusan akan motivating atau pendorong kegiatan sebagai
berikut: “pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer dalam memberikan
insprasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawannya
untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk
menggiatkan ornag-orang atau karyawan agar mereka besemangat dan dapat mencapai
hasil sebagaimana dikehendaki dari ornag-orang tersebut.
Di bawah ini tercantum beberapa definisi atau pengertian motivasi kerja dari
sejumlah penulis sebagai berikut:
• George R. Terry berpendapat “motivasi kerja adalah suatu keinginan dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk bertindak sesuatu”.
• Dr. Sondan P. Siagian, MPA berpendapat bahwa: “Motivasi kerja merupakan
keseluruhan proses pemberian motivasi berkerja para bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efisien dan ekonomis.
• Wahjosumadjo menyatakan, “motivasi kerja merupakan suatu prsoses psikologis
yang mencerminkan interaski antara sikap kebutuhan persepsi dan kepuasan yang
terjadi pada diri seseorang.
• G. Terry mengemukakan bahwa “Motivasi diartikan sebagai mengusahakan supaya
seseorang dapat menyelesaikan mempekerjaan dengan semangat karena ia ingin
melaksanakannya”.
• M. Manullang memberikan pengertian motivasi sebagai pekerjaan yang dilakukan
oleh seorang manajer memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang
lain, dalam hal ini karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian
dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang-orang karyawan agar mereka
bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang-orang
tersebut.
Berdasarkan penjelasan teori di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dari dalam diri manusia sebagai
bentuk dukungan dari eksternal maupun
internal yang dapat mempengaruhi
proses kerja dan hasil akhir kerja.
2. TEORI DRIVE (TEORI REINFORCEMENT )
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan
pemberian konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari
prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut
bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku
tersebut. Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi
perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2. Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi
perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan
tanggapan, apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip
hukuman (Punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi
tanggapan, apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan yang
bersyarat. Contoh : pengukuhan yang relatif malar adalah mendapatkan pujian
setelah seseorang memproduksi tiap-tiap unit atau setiap hari disambut dengan
hangat oleh manajer.
A. Pengertian Teori Drive
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi,
perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang atau binatang. Contohnya., Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya
tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif,
atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab
kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut :
ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk
mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi
intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai
yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi
motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
• Suatu keadaan yang mendorong
• Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
• Pencapaian tujuan yang memadai
• Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang
tercapai
Setelah keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong
perilaku ke arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja
diuraikan seringkali disebut lingkaran korelasi.
Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa
manusia atau binatang bertindak. Be berapa teori, termasuk teori Freud,
dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang
perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan
suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen
dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran
belajar dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari
(learned drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau
binatang atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke
individu yang lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan
heroin, contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut,
dan karena itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang
telah belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong
yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu
ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain
dan didorong ke arah tujuan yang berbeda
B. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini mempunyai dua aturan pokok : aturan pokok yang berhubungan dengan
perolehan jawaban –jawaban yang benar dan aturan pokok lain yang berhubungan
dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi
positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau negatif
( menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah
diberikan ), tetapi organisme harus membuat antara akasi atau tindakannya
dengan sebab akibat.
Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana
manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja
jika jawaban yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan
kejadiannya.
Daftar Pustaka
Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri
dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber
Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan
Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
Nita. 2009. “Teori motivasi; teori
drive-reinforcement dan teori harapan” (online), http://nthatembem.blogspot.co.id/2009/11/teori-motivasi-teori-drive.html.,
diakses November 2015.
No comments:
Post a Comment