Pengertian Sikap
Menurut Gibson (1997), sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.
Menurut Sada (2000), sikap adalah tindakan yang akan diambil karyawan dan segala sesuatu yang harus dilakukan karyawan tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan.
Menurut Robbins dan Judge (2008), sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenankan, terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah perasaan atau keadaan mental yang disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman sebagai respon seseorang terhadap objek, individu atau peristiwa.
2. Komponen Sikap
Menurut Robbins dan Judge (2008), sikap memiliki beberapa komponen, yaitu:
a.Komponen Kognitif
Segmen opini atau keyakinan dari sikap. Komponen kognitif adalah komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.
b.Komponen Afektif
Segmen emosional atau perasaan dari sikap. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.
c. Komponen Perilaku
Komponen perilaku yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap. Berarti juga sebagai niat untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Kerja
Sikap kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekstrnal dari orang yang bersangkutan. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi emosional, psikologis terhadap pekerjaan, kedekatan dengan rekan kerja, dan kenyamanan yang tercipta dari diri sendiri. Faktor eksternal merupakan faktor dari luar atau faktor yang berasal dari lingkungan. Faktor eksternal juga sangat berperan dalam pembentukan sikap seseorang. Faktor ini meliputi kondisi pekerjaan, hubungan kerja, rasa aman, lingkungan kerja, dan fasilitas dalam bekerja. Semakin tinggi tingkat kenyamanan seseorang ketika bekerja maka sikap kerja positif yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Menurut Blum and Naylor (Aniek, 2005) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap kerja, diantaranya:
1.Kondisi Kerja
Situasi kerja yang meliputi lingkungan fisik ataupun lingkungan sosial yang menjamin akan mempengaruhi kenyamanan dalam bekerja. Karena dengan adanya rasa nyaman akan mempengaruhi semangat dan kualitas karyawan.
2. Pengawasan Atasan
Seorang pimpinan yang melakukan pengawasan terhadap karyawan dengan baik dan penuh perhatian pada umumnya berpengaruh terhadap sikap dan semangat kerja karyawan.
3. Kerja sama dari teman sekerja
Adanya teman sekerja yang dapat berkerjasama akan sangat mendukung kualitas dan prestasi dalam menyelesaikan pekerjaan.
4.Keamanan
Adanya rasa aman yang tercipta serta lingkungan yang terjaga akan menjamin dan menambah ketenangan dalam pekerjaan.
5. Kesempatan untuk maju
Adanya jaminan masa depan yang lebih baik dalam hal karier baik promosi jabatan dan jaminan hari tua.
6. Fasilitas kerja
Tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan karyawan dalam pekerjaannya.
7. Upah atau Gaji
Rasa senang terhadap imbalan yang diberikan perusahaan baik yang berupa gaji pokok, tunjangan dan sebagainya yang dapat mempengaruhi sikap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Siegel dan Lane (dalam Munandar, 2001) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerjaan seseorang sebagai pencapaian atau memungkinkan pencapaian nilai-nilai pekerjaan seseorang yang penting, pemberian nilai-nilai ini adalah sebanding dengan atau membantu memenuhi kebutuhan dasar seseorang. Pada definisi tersebut dapat disimpulkan terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan dasar.
Menurut Howel dan Dipboye (dalam Munandar, 2001) kepuasan kerja adalah hasil keseluruhan dari derajat rasa suka dan tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari kehidupannya. Dengan kata lain kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya.
Keith Davis dalam (Indy & Handoyo, 2013) kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai dalam mengerjakan pekerjaannya.
Wexley & Yulk (Indy & Handoyo, 2013) kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja adalah penilaian seseorang terhadap rasa suka dan tidak sukanya tenaga kerja dalam mengerjakan pekerjaannya.
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kepuasan Kerja
Menurut Munandar (2001) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merasakan kepuasan kerja, yaitu :
a. Ciri-ciri instrinsik pekerjaan
Menurut Locke terdapat lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri-ciri tersebut adalah:
Keragaman keterampilan. Banyak ragam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak ragam keterampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan.
Jati diri tugas. Sejauh mana tugas merupakan suatu kegiatan keseluruhan yang berarti. Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri akan menimbulkan rasa tidak puas.
Tugas yang penting. rasa pentingnya tugas bagi seseorang. Jika tugas dirasakan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja.
Pekerjaan yang memberikan kebebasan, ketidakgantungan dan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja.
Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan kepuasan kerja.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Therialut, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan.
Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang-orang yang menerima gaji yang dipersepsikan sebagai terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami distress atau ketidakpuasan. Uang atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
b. Penyeliaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada satu ciri kepemimpinan yang secara konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja, yaitu penenggangan rasa. Menurut Locke terdapat dua jenis hubungan dari atasan-bawahan yaitu hubungan fusngsional yang mencerminkan sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Dan hubungan keseluruhan yang didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai serupa. Menurut Locke, tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan seorang atasan ialah jika kedua jenis hubungan adalah positif.
c. Rekan-rekan sejawat yang menunjang
Setiap pekerjaan dalam organisasi memiliki kaitannya dengan pekerjaan lain. terhadi diferensiasi pekerjaan mendatar dan tegak. Terdapat tenaga kerja yang dalam menjalankan tugas pekerjaannya memperoleh masukan berupa bahan dalam bentuk tertenntu dari tenaga kerja lain. keluarannya yaitu barang setengah jadi menjadi masukan untuk tenaga kerja lainnya. Hubungan yanng ada antar pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak, yang bercorak fungsional. Kejengkelan timbul jika masukan yang diterima tidak memenuhi mutu dan tidak memenuhi jumlah yang ditentukan. Namun terdapat juga satuan tenaga kerja yang para tenaga kerjanya masing-masing memiliki tugas yang dapat mereka lakukan secara mandiri dikoordinasi oleh pimpinan suatu pekerjaan. Pada jenis pekerjaan tersebut teman sejawat yang bekerja dalam ruangan yang sama memberikan kepuasan terhadap kebutuhan sosial masing-masing.
Didalam kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tingi mereka seperti kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisai diri dapat terpenuhi, dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
d. Kondisi kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan kerja yang sempit, panas, yang cahaya lampunya menyilaukan mata, kondisi kerja yang tidak mengenakan akan menimbulkan keengganan untuk bekerja. Orang akan mencari alasan untuk sering keluar ruang kerjanya. Perusahaan perlu menyediakan ruang kerja yang terang, sejuk dengan peralatan kerja yang enak untuk digunakan, meja dan kursi kerja yang dapat diatur tinggi-rendahn, miring-tegak duduknya. Kondisi kerja yang memperhatikan prinsip ergonomi. Dalam kondisi kerja yang seperti itu kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi dan memuaskan tenaga kerja.
Menurut Smith, Kendal dan Hulin (dalam Almigo, 2004) terdapat lima karakteristik yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:
a. Pekerjaan
Sampai sejauh mana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan mnerima tanggung jawab.
b. Upah atau gaji
Jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah atau gaji.
c. Penyelia atau pengawasan kerja
Kemampuan penyelia untuk membantu dan mendukung pekerjaan.
d. Kesempatan promosi
Kesempatan untuk maju dalam perusahaan. Seperti kenaikan jabatan.
e. Rekan kerja
Sejauh mana rekan kerja bersahabat dan berkompeten.
3. Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
Menurut Munandar (2001) terdapat beberapa dampak dari kepuasan dan ketidakpuasan kerja, yaitu :
a.Dampak terhadap produktivitas
Produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja memersepsikan bahwa ganjaran instrinsik seperti rasa telah mencapai sesuatu dan ganjaran ekstrinsik seperti gaji yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul. Jika tenaga kerja tidak memersepsikan ganjaran instrinsik dan ekstrinsik berasosiasi dengan unjuk kerja, maka kenaikan dalam unjuk kerja tidak akan berkorelasi dengan kenaikan dalam kepuasan kerja.
b. Dampak dalam ketidakhadiran (Abstainteisme) dan keluarnya tenaga kerja (Turnover)
Porter dan Steer (dalam Munandar, 2001) berkesimpulan bahwa ketidakhadiran dan berhenti kerja merupakan jenis jawaban-jawaban yang secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih spontan sifatnya dan dengan demikian kurang mungkin mencerminkan ketidakpuasan kerja. Lainhanya dengan berhenti kerja atau keluar dari pekerjaan dimana perilaku ini akan mempunyai akibat-akibat ekonomis yang besar, maka lebih besar hubungannya dengan ketidakpuasan kerja.
c. Dampak terhadap kesehatan
Ukuran-ukuran dari kepuasan kerja merupakan peramal yang baik bagi panjang umur atau rentang kehidupan. Menurut Kornhauser tantang kesehatan mental dan kepuasan kerja, ialah bahwa untuk semua tingkatan, jabatan, persepsi dan tenaga kerja bahwa pekerjaan mereka menuntut penggunaan efektif dari kecakapan-kecakapan mereka berkaitan dengan skor kesehatan mental yang tinggi. Skor-skor ini juga berkaitan dengan tingkat dari kepuasan kerja dan tingkat dari jabatan.